INTROSPEKSI DIRI, GOLONGAN YANG MANAKAH KITA?
Betapa beragamnya sifat dan karakter manusia. Dan menilai orang lain adalah lebih mudah daripada menilai diri sendiri. Karena orang lain terpampang di hadapan kita, sedangkan yang menempel di badan kita tidak terpampang, kecuali bila kita bercermin.
Ada beberapa orang yang sering keluar rumah dengan baju terbalik, namun ia tidak merasa, dan orang-orang yang berpapasan dengannya memandangnya dengan pandangan aneh, maka bila ia ditegur niscaya ia akan segera membenahinya, atau ada juga yang cuek-cuek saja. Pantaslah bila khalifah Umar bin Khattab berkata :
رَحِمَ اللَّهُ مَنْ أَهْدَى إليَّ عُيُوبِي
“Semoga Allah merahmati orang yang menghadiahkan (menampakkan) padaku aib-aibku“.
Dengan teguran atau kritikan, seorang hamba akan lebih mudah mengetahui kekurangan dirinya, dan dengannya pula ia dapat memperbaiki kekurangannya itu.
Namun tidak semua orang bisa menerima kritikan atau teguran dengan lapang dada, maka di bawah ini ada satu pertanyaan dan beberapa coretan untuk mengenali diri kita, mengkritisi sifat dan karakter diri sendiri, yang disadur dari beberapa perkataan nasehat Sayyidi Alhabib Umar Bin Hafidz.
Termasuk golongan manakah anda ? Golongan A atau golongan B ?
Golongan A :
• Bertambah ilmunya, bertambah ketawadhu’annya
• Bertambah amal kebajikannya, bertambah ibadahnya, bertambah kebaikannya, bertambah pula rasa takut dan kehawatirannya.
• Bertambah umurnya, maka berkuranglah ambisi duniawinya. Semakin zuhud hidupnya, semakin berhati-hati dalam urusan halal haram, karena ia yakin sisa umurnya tidaklah banyak, dan semuanya akan ia tinggal.
• Bertambah hartanya maka bertambah pula derma dan sedekahnya. Semakin mudah uang itu terlepas dari tangannya, semakin banyak fakir miskin yang dibantunya, semakin jarang menolak pengemis.
• Bertambah kedudukannya dan jabatannya; bertambah kedekatannya kepada manusia dan keterbukaannya membantu menyelesaikan urusan mereka, dan berendah hati di hadapan mereka.
Golongan B
• Bertambah ilmunya, bertambah pula kecongkakannya dan kesombongannya.
• Bertambah amal kebaikannya; semakin bertambah kebanggaannya, seakan hanya ia yang bakal masuk surga, dialah orang yang paling ahli ibadah dan orang lain tidaklah seperti dirinya. Seakan hanya dia yang shalat di malam hari, dan orang lain nyenyak dalam tidurnya.
Seakan hanya dia yang puasa senin kamis, sedang orang lain sibuk dengan makanan dan minumannya.
• Bertambah umurnya, semakin bertambah ambisinya. Seakan ia tidak akan mati, tambah tua tambah jadi. Siang malam dunia dan harta yang dipikirkannya.
• Bertambah hartanya, bertambah pula kekikirannya. Selalu perhitungan ketika berderma, selalu berpikir panjang ketika ada yang perlu dibantu.
Semakin sulit mengeluarkan isi dompetnya, seakan lengket di kantongnya dengan lem besi.
• Bertambah kedudukannya dan jabatannya bertambah, pula kesombongannya,
Setiap pribadi seharusnya mengenali sifat-sifat dan kepribadiannya,
Dan bila termasuk golongan yang kedua, maka bersegerahalah beristighfar dan meminta petunjuk dari Allah Ta’ala agar dapat merubah diri, karena hal itu adalah tanda-tanda kesengsaraannya
Seorang sholeh memberikan sebuah perumpamaan tentang dosa-dosa yang patut kita camkan :
لَوْ كَانَ لِلذُّنُوْبِ رِيْحٌ مَا قَدَرَ أَحَدٌ يَجْلِسُ إِلَيَّ
Seandainya dosa itu ada baunya, niscaya tidak ada seorang pun sanggup duduk dan mendekat kepadaku.
Semoga kita dimudahkan menjadi hamba-hamba Allâh yang pandai mengintrospeksi
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan Anda🙏🏼