Yahudi Gelar Sayembara Berhadiah Buat Siapa Pun yang Kurban di Masjid Al-Aqsa
Kelompok Yahudi Ekstremis Gelar Sayembara Berhadiah Rp 214 Juta Buat Siapa Pun yang Kurban di Al-Aqsa
- Aksi-aksi provokatif yang memancing kemarahan warga Palestina dan dunia kembali dilakukan kelompok ekstremis Yahudi atas niatan mereka terhadap Masjid Al-Aqsa di Yerusalem, wilayah Palestina yang diduduki.
Terbaru, menjelang hari paskah Yahudi (Pesakh), kelompok Yahudi ekstremis yang dikenal dengan sebutan "Kembali ke Bukit Bait Suci" mengumumkan alokasi imbalan finansial sebesar 50.000 shekel/syikal atau setara Rp 214 juta.
Hadiah ini akan diberikan kepada siapa saja yang berhasil menyelundupkan dan menyembelih hewan kurban di dalam Komplesk Masjid Al-Aqsa yang mereka kenal dengan sebutan Bukit Bait Suci pada hari Paskah Yahudi.
Hari Paskah Yahudi ini jatuh pada hari Minggu dan Senin mendatang.
"Kelompok ini mengalokasikan imbalan finansial dalam besarannya lainnya kepada siapa saja yang paling tidak mencoba menyelundupkan (hewan kurban) pengorbanan dan gagal," tulis laporan Khaberni.
Seruan Hamas
Guna mencegah aksi-aksi pemukim Yahudi ektrem Israel, termasuk gelaran sayembara ini, kelompok pembebasan Palestina, Hamas sebelumnya sudah menyerukan agar warga Palestina berduyun-duyun mendiami Masjid Al-Aqsa sedari Jumat hingga Senin depan.
Gerakan Pembebasan Palestina, Hamas menyerukan warga Palestina untuk berkumpul di Masjid Al-Aqsa dan beri-iktikaf mulai salat Jumat hari ini hingga Senin untuk membela Al-Aqsa dan menggagalkan rencana pemukim Israel.
Gerakan tersebut menyebut, seruan tersebut dikeluarkan untuk mencegah niatan warga Yahudi Israel untuk merayakan Hari Passover (Paskah Yahudi) di masjid suci ketiga umat muslim di dunia tersebut.
“Seruan untuk mencegah rencana musuh Zionis dan geng pemukim ekstremisnya serta kelompok Kuil untuk menodai halaman Al-Aqsa dan melakukan ritual pengorbanan di dalamnya pada hari Minggu dan Senin mendatang,” bunyi seruan Hamas.
Hamas juga memuji aksi-aksi massa di Tepi Barat yang diduduki, wilayah Palestina yang diduduki pada tahun 1948, dan warga Palestina yang tersisa di Al-Quds dan sekitarnya yang “membuktikan bahwa mereka adalah garis pertahanan pertama [untuk Masjid Al-Aqsa].”
Gerakan ini juga memuji komitmen Palestina terhadap jalan perjuangan dan pengorbanan, dan menyatakan dukungannya terhadap upaya berkelanjutan mereka untuk menjaga dan mempertahankan al-Quds dan Al-Aqsa, sambil tetap teguh melawan upaya pemerintah pendudukan yang menindas dan para pelaku kejahatan perang, khususnya Itamar Ben-Gvir.
Hamas menyerukan negara-negara dan masyarakat bebas di seluruh dunia untuk menggunakan segala bentuk solidaritas dan dukungan untuk al-Quds, Al-Aqsa, dan Gaza dan untuk mendukung perjuangan sah rakyat Palestina sampai agresi dihentikan, hak-hak diperoleh, dan Tanah dan tempat suci Palestina dibebaskan.
JERUSALEM - 10 APRIL: Umat Islam berkumpul untuk melaksanakan salat Idul Fitri di Masjid Al-Aqsa di Yerusalem pada 10 April 2024. Mostafa Alkharouf / Anadolu (Mostafa Alkharouf / ANADOLU / Anadolu melalui AFP)
Anggota Knesset Serukan Pembangunan Kuil Ketiga
Respons Hamas ini merujuk pada pernyataan seorang anggota parlemen Israel, mewakili sayap kanan, pada Kamis menyerukan pembangunan “kuil ketiga” untuk menggantikan kompleks Masjid Al-Aqsa di al-Quds yang diduduki, menurut Anadolu Agency.
Yitzhak Pindrus, anggota Partai Persatuan Torah Yudaisme yang ekstrem, menyatakan keinginannya agar semua orang Yahudi berkumpul di al-Quds Senin depan untuk melakukan pengorbanan Paskah Yahudi.
“Kami berharap Bait Suci Ketiga segera dibangun di sana, dan kami bisa makan di sana dari hasil kurban Paskah,” tegasnya dalam sebuah wawancara televisi.
Paskah Yahudi atau Pesakh, hari raya penting Yahudi yang memperingati ke luarnya bangsa Israel dari Mesir pada masa Nabi Musa, memiliki makna keagamaan dalam kalender Yahudi.
Tahun ini, itu dimulai pada malam tanggal 22 April dan berlangsung hingga 30 April.
Adapun Masjid Al-Aqsa dihormati sebagai salah satu situs paling suci bagi umat Islam di seluruh dunia.
Sebaliknya, orang-orang Yahudi menyebut kawasan itu sebagai "Gunung Bait Suci", karena makna historisnya sebagai lokasi dua kuil Yahudi kuno.
Seruan yang dilontarkan anggota Knesset tersebut merupakan yang terbaru dari serangkaian pernyataan dan tindakan provokatif pejabat Israel terkait situs suci Islam tersebut.
Yordania Mengamuk
Aksi provokatif pemukim Yahudi Israel dilaporkan makin intensif menjelang Passover.
Sebelumnya dilaporkan, ratusan pemukim Yahudi menerobos gerbang masjid dan menggelar ritual Talmud di kawasan komplesk masjid, Kamis (18/4/2024).
Aksi Israel membiarkan para pemukim Yahudi Ekstrem ini membuat Yordania marah besar.
Menteri Wakaf, Urusan Islam dan Tempat Suci Yordania, Dr Muhammad Al-Khalayleh, mengutuk aksi tersebut dan menyebutnya sebagai penodaan halaman Masjid Al-Aqsa yang dilakukan oleh para pemimpin dan kelompok ekstremis Yahudi.
Al-Khalayla dalam sebuah pernyataan Kamis, mengatakan serbuan para pemukim Yahudi itu terjadi di bawah perlindungan polisi pendudukan Israel.
Aksi tercela ini disebut juga mendapat dukungan dari para pemimpin politik di pemerintahan otoritas pendudukan Israel.
Dukungan itu, utamanya, terlontar dari pernyataan berulang-ulang dari Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, yang baru-baru ini mengumumkan niatnya untuk meningkatkan jumlah penyusup Yahudi.
Ben-Gvir menyatakan ingin mengubah status quo saat ini di Masjid Al-Aqsa sehingga memungkinkan mereka untuk melakukan ritual Talmud di Masjid Al-Aqsa.
Yordania menyebut, niat Ben-Gvir ini sebagai rencana menjijikkan.
"Menteri menegaskan kepatuhan umat Islam terhadap hak agama, sejarah dan hukum mereka terhadap Masjidil Haram/Masjid Suci, di bawah perwalian dan perawatan Yang Mulia Raja Abdullah II, dan sebagai masjid Islam murni untuk umat Islam saja, dan tidak tidak menerima pembagian atau persekutuan," tulis pernyataan pihak Yordania.
Kunjungan Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir ke kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem pada hari Minggu (21/5/2023). (Twitter/itamarbengvir)
Ben-Gvir Ingin Ubah Status Quo Masjid Al-Aqsa
Masjid Al-Aqsa yang saat ini dikelola Badan Wakaf, lembaga resmi Yordania yang mengelola kompleks Al Aqsa saat ini masih berstatus sebagai status quo.
Apa itu status quo Majid Al-Aqsa?
Khaled Zabarqa, seorang ahli hukum Palestina di kota dan kompleks tersebut secara sederhana menjelaskan kalau status itu berarti Israel tidak memiliki kedaulatan atas Yerusalem [Timur] dan karena itu tidak memiliki kedaulatan atas Al Aqsa, yang berada di Yerusalem Timur yang diduduki Israel
Akibatnya, kata Zabarqa, hukum internasional menyatakan Israel tidak berwenang untuk menerapkan status quo apa pun.
Nir Hasson, jurnalis Haaretz yang meliput Yerusalem menyebut status quo berakar pada administrasi situs di bawah Kekaisaran Ottoman, yang menyatakan bahwa umat Islam memiliki kendali eksklusif atas Al Aqsa
Namun, orang Israel melihat segalanya secara berbeda, meskipun hukum internasional tidak mengakui upaya apa pun oleh kekuatan pendudukan untuk mencaplok wilayah yang telah didudukinya.
“Status quo yang dibicarakan orang Israel sama sekali berbeda dari status quo yang dibicarakan oleh Wakaf dan Palestina,” jelas Hasson dilansir Al-Jazeera.
Bagi Israel, status quo mengacu pada perjanjian 1967 yang dirumuskan oleh Moshe Dayan, mantan menteri pertahanan Israel.
Setelah Israel menduduki Yerusalem Timur, Dayan mengusulkan pengaturan baru berdasarkan perjanjian Ottoman.
Menurut status quo Israel 1967, pemerintah Israel mengizinkan Badan Wakaf untuk mempertahankan kontrol sehari-hari di wilayah tersebut, dan hanya Muslim yang diizinkan untuk salat di sana.
Namun, polisi Israel mengontrol akses situs tersebut dan bertanggung jawab atas keamanan, dan non-Muslim diizinkan mengunjungi situs tersebut sebagai turis.
Shmuel Berkovits, seorang pengacara dan pakar tempat-tempat suci di Israel, mengatakan status quo yang dibentuk pada 1967 tidak dilindungi oleh hukum Israel mana pun.
Bahkan, pada 1967, Dayan menetapkan status quo tanpa otoritas pemerintah, ujarnya.
Sejak 1967, undang-undang, tindakan pengadilan, dan pernyataan pemerintah Israel menciptakan kerangka kerja untuk status quo ini.
Meskipun tidak ada undang-undang Israel yang melarang orang Yahudi berdoa di Al Aqsa, Mahkamah Agung Israel memutuskan bahwa larangan tersebut dibenarkan untuk menjaga perdamaian, jelas Berkovits.
Aturan ini yang ingin diubah Itamar Ben-Gvir agar kelompok Yahudi ekstrem Israel bisa dan diperbolehkan secara hukum untuk melakukan ritual di Masjid Al-Aqsa.
Extremist Jewish Group Holds Competition with Prizes for Anyone Who Sacrifice at Al-Aqsa Mosque
Extremist Jewish Group Holds Competition with Prizes of IDR 214 Million for Anyone Who Sacrifice at Al-Aqsa
TRIBUNNEWS.COM - Provocative actions that have provoked the anger of Palestinians and the world have again been carried out by Jewish extremist groups for their intentions towards the Al-Aqsa Mosque in Jerusalem, the occupied Palestinian territory.
Most recently, ahead of the Jewish Passover (Pesakh), the extremist Jewish group known as "Return to the Temple Mount" announced the allocation of financial rewards of 50,000 shekels/shekels or the equivalent of IDR 214 million.
This prize will be given to anyone who succeeds in smuggling and slaughtering sacrificial animals inside the Al-Aqsa Mosque Complex which they know as the Temple Mount on the Jewish Easter day.
This Jewish Easter falls on this coming Sunday and Monday.
"The group allocates financial rewards in other amounts to anyone who at least tries to smuggle in sacrificial (sacrificial animals) and fails," Khaberni's report said.
Call of Hamas
In order to prevent extreme Israeli Jewish settler actions, including this contest, the Palestinian liberation group, Hamas, has previously called on Palestinians to flock to the Al-Aqsa Mosque from Friday to next Monday.
The Palestine Liberation Movement, Hamas called on Palestinians to gather at the Al-Aqsa Mosque and perform Itikaf from Friday prayers today until Monday to defend Al-Aqsa and thwart the plans of Israeli settlers.
The movement said that this call was issued to prevent the intention of Israeli Jewish citizens to celebrate Passover Day (Jewish Easter) at the third holy mosque for Muslims in the world.
“A call to prevent the plans of the Zionist enemy and his extremist settler gangs and the Temple group to desecrate the grounds of Al-Aqsa and perform sacrificial rituals in it this coming Sunday and Monday,” read the Hamas call.
Hamas also praised mass actions in the occupied West Bank, the Palestinian territories occupied in 1948, and the remaining Palestinians in Al-Quds and its surroundings that “proved that they are the first line of defense [for Al-Aqsa Mosque].”
The movement also praised the Palestinian commitment to the path of struggle and sacrifice, and expressed its support for their continued efforts to safeguard and defend al-Quds and Al-Aqsa, while remaining steadfast against the efforts of the oppressive occupying government and criminals. war, especially Itamar Ben-Gvir.
Hamas calls on free countries and peoples around the world to use all forms of solidarity and support for al-Quds, Al-Aqsa, and Gaza and to support the legitimate struggle of the Palestinian people until aggression is stopped, rights are gained, and Land and holy places Palestinereleased.
JERUSALEM - APRIL 10: Muslims gather to perform Eid al-Fitr prayers at the Al-Aqsa Mosque in Jerusalem on April 10, 2024. Mostafa Alkharouf / Anadolu (Mostafa Alkharouf / ANADOLU / Anadolu via AFP)
Knesset Members Call for Construction of Third Temple
This Hamas response refers to a statement by an Israeli lawmaker, representing the far-right, on Thursday calling for the construction of a “third temple” to replace the Al-Aqsa Mosque complex in occupied al-Quds, according to Anadolu Agency.
Yitzhak Pindrus, a member of Judaism's extreme United Torah Party, expressed his desire for all Jews to gather in al-Quds next Monday to perform the Jewish Passover sacrifice.
“We hope that the Third Temple will soon be built there, and that we will be able to eat there from the proceeds of the Passover sacrifice,” he stressed in a television interview.
Jewish Passover or Pesach, an important Jewish holiday that commemorates the exodus of the nation of Israel from Egypt during the time of the Prophet Moses, has religious significance in the Jewish calendar.
This year, it starts on the evening of April 22 and lasts until April 30.
The Al-Aqsa Mosque is revered as one of the holiest sites for Muslims throughout the world.
Instead, Jews call the area the "Temple Mount," due to its historical significance as the location of two ancient Jewish temples.
The call made by the Knesset member is the latest in a series of provocative statements and actions by Israeli officials regarding the Islamic holy site.
Jordan Goes Rampage
The provocative actions of Israeli Jewish settlers are reportedly intensifying ahead of Passover.
Previously it was reported that hundreds of Jewish settlers broke through the mosque gates and held a Talmudic ritual in the mosque complex area, Thursday (18/4/2024).
Israel's action in allowing these extreme Jewish settlers made Jordan very angry.
Jordan's Minister of Endowments, Islamic Affairs and Holy Places, Dr Muhammad Al-Khalayleh, condemned the action and called it a desecration of the Al-Aqsa Mosque grounds carried out by Jewish leaders and extremist groups.
Al-Khalayla in a statement Thursday, said the incursion of the Jewish settlers took place under the protection of the Israeli occupation police.
This despicable act is said to have also received support from political leaders in the government of the Israeli occupation authority.
That support, primarily, comes from repeated statements from Israel's Minister of National Security, Itamar Ben-Gvir, who recently announced his intention to increase the number of Jewish infiltrators.
Ben-Gvir stated that he wanted to change the current status quo at Al-Aqsa Mosque so as to allow them to perform Talmudic rituals at Al-Aqsa Mosque.
Jordan called Ben-Gvir's intentions a disgusting plan.
"The Minister confirmed the Muslim community's compliance with their religious, historical and legal rights to the Grand Mosque/Holy Mosque, under the guardianship and care of His Majesty King Abdullah II, and as a purely Islamic mosque for Muslims only, and does not accept any division or alliance, " writeJordanian statement.
Israeli Minister of National Security, Itamar Ben-Gvir, visited the Al-Aqsa Mosque complex in Jerusalem on Sunday (21/5/2023). (Twitter/itamarbengvir)
Ben-Gvir Wants to Change the Status Quo of the Al-Aqsa Mosque
The Al-Aqsa Mosque, which is currently managed by the Waqf Board, the official Jordanian institution that manages the Al Aqsa complex, is currently still the status quo.
What is the status quo of the Al-Aqsa Mosque?
Khaled Zabarqa, a Palestinian legal expert on the city and complex simply explained that this status means that Israel does not have sovereignty over [East] Jerusalem and therefore does not have sovereignty over Al Aqsa, which is in Israeli-occupied East Jerusalem.
As a result, Zabarqa said, international law states Israel has no authority to impose any status quo.
Nir Hasson, a Haaretz journalist covering Jerusalem, said the status quo was rooted in the administration of the site under the Ottoman Empire, which stated that Muslims had exclusive control over Al Aqsa
However, the Israelis see things differently, even though international law does not recognize any attempt by an occupying power to annex territory it has occupied.
"The status quo that the Israelis are talking about is completely different from the status quo that the Waqf and the Palestinians are talking about," Hasson explained as reported by Al-Jazeera.
For Israel, the status quo refers to the 1967 agreement formulated by Moshe Dayan, Israel's former defense minister.
After Israel occupied East Jerusalem, Dayan proposed new arrangements based on the Ottoman treaties.
According to the 1967 Israeli status quo, the Israeli government allowed the Waqf Board to maintain day-to-day control of the territory, and only Muslims were permitted to pray there.
However, Israeli police control access to the site and are responsible for security, and non-Muslims are permitted to visit the site as tourists.
Shmuel Berkovits, a lawyer and expert on holy places in Israel, said the status quo established in 1967 is not protected by any Israeli law.
In fact, in 1967, Dayan established a status quo without government authority, he said.
Since 1967, laws, court actions, and Israeli government statements have created the framework for this status quo.
While there is no Israeli law prohibiting Jews from praying at Al Aqsa, Israel's Supreme Court ruled that the ban was justified to maintain peace, Berkovits explained.
This rule is what Itamar Ben-Gvir wants to change so that Israel's extremist Jewish groups can and are legally allowed to perform rituals at the Al-Aqsa Mosque.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan Anda🙏🏼