Pendidikan Sekolah Apapun Pasti Ada Kekurangannya Dan Kelebihannya
Sekolah apapun dmanapun pasti akan ada kekurangannya dan kelebihannya, karena pendidikan itu musti ada 3 item
1. informal (pendidikan dari keluarga)
2. formal (pendidikan dari sekolah)
3. non formal (pendidikan dari pengajian/
Ke-3 nya harus ada karena saling melengkapi kekurangan masing-masing sehingga anak akan lebih kuat mental, karakter dan kompetensinya.
kalau hanya pendidikan formal (sekolah) saja, informal (keluarga) enggak jalan, non formal enggak, maka dijamin akan merasakan banyak kekurangan, orangtua lepas bongkokan pokoknya menyerahkan semua terkait mendidik anak ke sekolah, maka anak juga akan banyak kurangnya.
contoh misalnya ilmu tentang mandi junub, mandi besar, percaya ga percaya, banyak anak anak remaja putra usia SMP SMA, itu gak diajarkan keluarganya mandi besar, di sekolah sma ga belajar mandi junub atau terlewat dll, padahal dia udah mimpi basah berkali kali, berkali kali keluar cairan dari kemaluannya tapi dia tidak mandi besar padahal itu wajib. silahkan dicrosscheck ke anak anak smp sma mahasiswa. kondisi nyata realita di masyarakat. kalau remaja putri alhamdulillah mereka tau, ibunya mengajarkannya saat anak datang bulan.
contoh lain, mengelola uang dan utang. ini di keluarga ga ada pendidikannya, di sekolah ga diajarkan. padahal rata rata orang secara naluri nantinya akan mencari uang, namun belum tentu bisa ngelola uang, pasti akan berbeda antara orang yg punya ilmu ngelola uang dan yg gak punya ilmu, gak pernah belajar ngelola uang. ketika start nya sama sama kerja dgn penghasilan yg sama, 5-10 tahun kedepannya sudah berbeda jauh. ada yg pas-pasan terus aja bertahun tahun bahkan sampai sekarang, namun ada yg mulai punya beberapa aset bisnis dll
demikian juga hutang, umumnya orang orang kebanyakan pernah berhutang, tapi keluarga orangtua ga pernah mendidik mengajarkan ttg hutang, demikian jg di sekolah ga mengajarkan pengelolaan hutang, walhasil banyak yg terjerumus hutang
contoh lain mental kemandirian finansial, saya termasuk yang beruntung, Saya sekolah smp sma negeri biasa, dapet ilmunya ya standar biasa, namun orangtua ibuk saya mengajarkan saya langsung dalam hal mencari uang sejak kecil, jaman sekolah SD saya udah jualan kacang, snack dll ke warung warung. sehingga sejak sma saya udah bisa ngasih orangtua 1,5jt/bulan ketika orang lain cuman bisa minta uang saku ke orangtua. masa kuliah, orangtua ga ngasih uang juga saya udah siap, udah biasa cari uang sendiri. tapi ga semua orang punya keluarga yang bisa mendidik anaknya dalam hal kemandirian finansial. sekolah juga gak mengajarkan, maka wajar anak sampai kuliah pun masih minta minta uang orang tua terus
saya juga termasuk beruntung, ibu saya mengikutkan saya berbagai macam kursus sejak kecil sejak SD, mulai dari menggambar, matematika, privat mengaji alquran, sepak bola sampai kursus menulis kaligrafi tipografi yang mentriger saya ketika saya kuliah atau kerja dah terbiasa merasakan bahwa training/
jadi 3 item pendidikan ini harus saling melengkapi (informal, formal, non formal) kalau salah satu gak terpenuhi, dijamin akan ngeliat kekurangan kekurangan pendidikan, mau homeschooling, mau pkbm, mau sekolah, mau pesantren dan lain lain pasti merasa ada kekurangannya, ya karena memang kurang, tidak terpenuhi 3 item pendidikannya
masalah hari ini bukanlah karena kurangnya anak/siswa yang pintar, akan tetapi karena kedewasaannya yang kurang. mereka sudah baligh namun belum aqil, belum mampu berfikir dewasa, karena tidak disiapkan untuk menjadi aqil baligh sejak dini.
Orang SUKSES
melakukan hal hal PENTING
Meskipun dia Tidak Menyukai nya.
Karena dia Tau PRIORITAS nya.
Orang GAGAL
Melakukan hal hal yang dia sukai
Meskipun itu TIDAK PENTING.
Karena dia tidak tau PRIORITAS nya.
anak/siswa zaman now, banyak yang memilih hanya sekedar menuruti kesenangan dia, fikiran yang belum dewasa ini yang menjadi sumber masalahnya, ketika menjalani sekolah anak akan sekedar bermain main saja, untuk belajar malas, karena memang penginnya yang senang senang. berbeda dengan yang sudah mampu berfikir dewasa, maka dia akan siap berjuang, belajar yang mungkin tidak terlalu menyenangkan baginya, lebih enak main, tapi dia tau bahwa dia harus melakukan sesuatu yang mungkin kurang dia sukai itu untuk kebaikan dirinya di masa mendatang.
Coba berikan kepada monyet sebuah pisang dan uang 1 juta, mana yang akan diambil monyet? Monyet akan mengambil pisang karena yang dia tau, pisang lebih berharga baginya, monyet tidak tau uang 1jt bisa untuk membeli lebih banyak pisang lagi. Demikian juga anak anak siswa yang belum mampu berfikir dewasa, mereka hanya melakukan yang mereka senangi dan tidak tahu mana yang lebih berharga untuk kehidupannya di masa mendatang.
Orangtua, harus mau berbagi peran dalam mendidik anak. sekolah bisa mengajarkan pelajaran matematika, bahasa inggris dll namun tidak dengan sifat, perilaku, karakter dan kebiasaan yang mana anak anak cenderung meniru orangtua, kalau orangtuanya positif anak terbawa positif. model marahnya anak, itu kurang lebih sama dengan model saat orang tuanya marah. demikian juga ngambeknya anak, itu kurang lebih sama dengan saat orangtuanya ngambek, ataupun kalau lagi ada masalah. kalau orangtua ga berperan mendidik sifat, karakter, mental nya maka lingkungan atau teman teman pergaulannya lah yg akan membentuknya. kalau dapat temen yang baik dia akan ikut baik, kalau dia suka milih temennya dengan yang kurang baik maka dia juga akan terbawa kurang baik.
Intinya, pendidikan informal keluarga harus punya peran, walaupun misal anak 24 jam di pesantren, contoh di Kita, Ada orang tua yang selalu memberikan update info event even terkait jurusan anaknya untuk diikuti anaknya, mengikutkan anaknya lomba2, training2, membawakan buku2, mengenalkan anaknya dengan orang2 yg profesinya sesuai jurusan anaknya dll walaupun hanya sebagian saja. Terlebih jaman belajar dirumah seperti ini, 24 jam anak akan belajar melihat sikap perilaku karakter orangtuanya, dari sanalah anak akan melihatnya Dan belajar darinya.
Pendidikan non formal juga harus Ada, dulu Nadia jaman tk, hafalannya Paling banyak di sekolah, meningkatnya pesat, bgitu masuk sd, hafalannya datar aja, karena jam tahfidz nya berkurang, pelajaran umum SD nya banyak, sehingga kemudian dengan kekurangan sekolah formal tsb, Kita melengkapinya dengan pendidikan non formal, mencarikan guru tahfidz, membuka kelas tahfidz dirumah. Termasuk saat pandemi, Cari tetangga yg bisa utk ngajar tahfidz. Kursus2 online banyak Dan lebih murah sekarang, bisa banyak yg utk dipelajari seperti desain, internet marketing, coding, inggris dll ikutkan banyak kursus agar anak terbiasa aktif mengikuti banyak kegiatan. Capek memang lelah memang, biar tau namanya arti berjuang. Dalam kondisi diluar pandemi, Nadia bisa beraktifitas sejak subuh full kegiatan sampai isya, kadang tertidur di shaf sholat isya Karena capek, tapi dia menikmatinya, Dan tidak mengeluh Karenanya. Demikian jg Saya dulu jaman sekolah banyak kursus diikutkan orangtua, termasuk jg yg krn Saya ikut sendiri, pernah Saya saking capeknya malem2 pulang kursus duduk di pinggir jalan istirahat dulu, stlah beberapa saat jalan lagi. Tapi besoknya ya semangat lagi utk ke tempat kursusnya lagi.
Dalam perjalanan Saya,
Pendidikan keluarga informal ini besar perannya, terutama kl Saya utk pembentukan mental bisnis.
Pendidikan formal, lebih pada punya ijazah, Punya banyak teman, belajar organisasi.
Pendidikan non formal, perannya lebih pada kompetensi, mempercepat Kita menguasai suatu keahlian.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan Anda🙏🏼