Mengapa Arab menghancurkan 98 persen situs peninggalan Nabi Muhammad?
Nabi Muhammad hanya meninggalkan pesan agar selepas wafat beliau, umat islam berpegang pada Al Quran dan Sunnah.
Jadi, Nabi Muhammad tidak meninggalkan situs atau bangunan apapun setelah beliau wafat. Mungkin hanya meninggalkan sejumlah perabot sederhana di rumah beliau.
Ulama dan pemimpin Makkah/Madinah saat itu telah membuat keputusan yang mungkin sudah sangat tepat. Penertiban ziarah di makam Nabi, penyatuan sholat Jamaah di Masjidil Haram (menurut kisah, dulu di masjidil haram sholat berjamaah dilakukan bergantian sesuai madzhab yang dianut), meluruskan pemahaman tauhid umat Islam yang mulai terpapar bid'ah, khurafat, dan takhayul.
Terlepas dari tabiat pemimpin Saudi dulu maupun sekarang, mereka sangat amanah dan peduli dengan pelayanan jamaah haji dan umrah di tanah suci.
Masjidil haram yang sangat luas, megah, bersih, dan canggih itu tidak mungkin dibangun dengan mempertahankan situs bersejarah di sekitarnya. Apalagi situs tersebut tidak berkaitan dengan ibadah umat Islam.
Qodarullah, bangsa Arab lah yang diberi amanah menjadi pelayan tanah suci.
Berikut yang (mungkin) terjadi jika bukan bangsa arab (kerajaan Arab Saudi) yang mengelola tanah suci.
- Jamaah sholat di masjidil haram sepi dan kosong sebab semua pergi ke madinah, namun di masjid nabawi juga sepi, yang ramai hanya di makam Nabi.
- Banyak petilasan yang keramat. Misal petilasan Abu Bakar, petilasan Ali, petilasan Fatimah.
- Makam Baqi dan Ma'la ramai dengan orang ziarah qubur.
- Tiap tempat bersejarah diminta tiket masuk dan parkir, dan di toilet/ WC diminta uang kebersihan.
- Banyak makam-makam di masjid yang dikeramatkan
- Kotak amal tersebar di segala penjuru.
Intinya, tidak ada penghancuran bangunan yang ada pengancuran sumber kemusyrikan.
Namun ada pendapat yang lain mengatakan.....
Mekkah dan Madinah adalah kota suci umat islam, yang sudah hampir kehilangan identitasnya. Situs-situs sejarah umat islam dihancurkan, karena bisnis serta salah interprestasi terhadap agama.
Dr. Irfan al-Alawi, peneliti dari Islamic Heritage Research Foundation dan juga Direktur internasional Islamic Centre for Islamic Pluralism menyatakan, bahwa dalam 50 tahun terakhir Mekkah dan Madinah telah kehilangan 95% situs bersejarahnya. Irfan al-Alawi bahkan menyebut Mekkah dengan Mekkahattan, karena seperti Manhattan di New York.
New York Times mengatakan, motif dari penghancuran situs bersejarah lalu diganti dengan bangunan baru adalah uang, karena ingin mengeruk keuntungan dari kota yang sangat disucikan.
Anda tahu tanah termahal di dunia dimana? Di Mekkah. Permeter persegi Rp.6,14 milyar. Kenapa bisa mahal? Karena masjidil haram adalah situs paling banyak dikunjungi di seluruh dunia. Sekarang masjidil haram bisa menampung 3 juta orang, dan diproyeksikan menampung 10 juta orang. Banyaknya peziarah ke Mekkah, membuat lahan di sana menjadi lahan bisnis. Hal ini dimanfaatkan oleh pemerintah Arab Saudi dan saudagar Arab untuk menambah kekayaan.
Di sekitar Masjidil Haram berdiri hotel-hotel mewah dengan biaya menginap permalam 45–50 juta rupiah. Itu untuk kelas biasa. Belum lagi Mall-mall mewah tempat berbelanja barang-barang mahal. Siapa yang nginap di sana? Tentu saja jamaah-jamaah haji yang super kaya. Mekkah bukan lagi sekedar tempat ibadah, tapi tempat komersil.
Kalau memang pemerintah Arab Saudi ingin memfasilitasi umat muslim, harusnya bangun saja hotel-hotel murah yang jauh dari Masjidil Haram, lalu bangun sarana transportasi untuk mengangkut jamaah.
Intinya sih, kota Mekkah dan Madinah dijadikan lahan bisnis demi mengeruk keuntungan. Kritik ini tidak hanya disampaikan oleh umat islam, tapi juga non-islam.
"Sekarang Mekah Telah Menjadi Mekahattan
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan Anda🙏🏼