Keutamaan dan Amalan di Bulan Syawal
Pada bulan Syawal, Umat islam dapat menambah pahala dengan melakukan berbagai ibadah sunnah. Dengan tetap melakukan amalan di bulan syawal, amalan pada bulan Ramadan tidak hanya berakhir di bulan puasa saja namun terus berkelanjutan.
Salah satu amalan bulan Syawal yang memiliki banyak kemuliaan adalah melakukan puasa Syawal. Puasa Syawal hanya dikerjakan selama enam hari, akan tetapi Allah SWT akan memberi ganjaran atau pahala seperti seseorang yang puasa selama 12 bulan.
keutamaan tersebut tercantum dalam sebuah hadis berikut ini, Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yang telah melaksanakan puasa Ramadhan, kemudian dia mengikutkannya dengan berpuasa selama enam hari pada bulan Syawal, maka dia (mendapatkan pahala) sebagaimana orang yang berpuasa selama satu tahun.” (HR. Muslim)
Selain puasa syawal, ada berbagai amalan-amalan bulan Syawal yang penting diketahui setiap muslim. Berikut kami sampaikan amalan-amalan apa saja yang dapat dikerjakan umat muslim bulan syawal yang penuh kemuliaan ini
1.Puasa 6 hari di bulan Syawal
Salah satu amalan penting di bulan Syawal ini biasanya dilakukan mulai hari kedua bulan Syawal, karena pada 1 syawal atau Hari Raya Idul Fitri hukumnya haaram untuk berpuasa. Puasa syawal merupakan ibadah puasa sunah yang dikerjakan pada bulan Syawal. Ibadah puasa sunnah ini dilaksanakan selama enam hari pada bulan Syawal.
Hukum puasa syawal yaitu sunah untuk umat muslim yang tidak memiliki tanggungan puasa wajib, baik itu qadha puasa Ramadan atau puasa nazar. Sehingga bagi umat muslim yang memiliki utang selama bulan Ramadan karena uzur, maka status hukum menjadi makruh. Setelah menjalani puasa selama satu bulan penuh pada bulan Ramadan, puasa 6 hari di bulan Syawal ini menjadi pelengkap atau penyempurna amalan pada bulan Ramadan Meskipun demikian, puasa Syawal juga dapat dikerjakan tidak berurutan, sehingga tetap mendapat manfaat dan keutamaan.
Keutamaan puasa Syawal terdapat dalam hadits yang diriwayatkan Muslim. Hadits itu berasal dari Abu Ayyub Al Anshori yang pernah mendengar sabda Nabi Muhammad SAW.
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh,”(HR Muslim)
Hanya saja, ulama berselisih pendapat tentang tata cara yang paling baik dalam melaksanakan puasa 6 hari di bulan Syawal ini.
Pendapat pertama mengatakan, dianjurkan untuk menjalankan puasa syawal secara berturut-turut, sejak awal bulan. Ini adalah pendapat Imam Syafi’i dan Ibnul Mubarok. Pendapat ini didasari sebuah hadis, namun hadisnya lemah. Pendapat kedua mengatakan, tidak ada beda dalam keutamaan, antara dilakukan secara berturut-turut dengan dilakukan secara terpisah-pisah. Ini adalah pendapat Imam Waki’ dan Imam Ahmad. Pendapat ketiga mengatakan, tidak boleh melaksanakan puasa persis setelah idul fitri. Karena itu adalah hari makan dan minum. Namun sebaiknya puasanya dilakukan sekitar tengah bulan. Ini adalah pendapat Ma’mar, Abdurrazaq, dan diriwayatkan dari Atha’. (Lathaiful Ma’arif, hlm. 244)
2. Menikah di bulan Syawal
Melaksanakan pernikahan pada bulan syawal kerap disampaikan sebagai amalan yang baik dan mulia. Menikah pada bulan Syawal merupakan suatu kebaikan bagi yang melaksanakannya. Seperti yang dikisahkan dalam hadits muslim dari istri rasul Aisyah RA.
“Rasulullah SAW menikahiku saat bulan Syawal dan mengadakan malam pertama dengan aku di bulan Syawal. Manakah istri beliau yang lebih mendapatkan perhatian selain aku?,”(HR. Muslim, An Nasa’i)
Aisyah mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahiku di bulan Syawal, dan beliau tinggal satu rumah (campur) denganku juga di bulan Syawal. Siapakah diantara istri beliau yang lebih beruntung dari pada aku. A’isyah suka jika wanita dinikahi bulan Syawal.” (HR. Ahmad & Muslim) An Nawawi mengatakan, “Dalam hadis ini terdapat anjuran untuk menikah dan membangun rumah tangga (campur) di bulan Syawal. Para ulama madzhab kami (syafi’iyah) menegaskan anjuran hal ini. Mereka berdalil dengan hadis ini…”(Dikutip dari Tuhfatul Ahwadzi, 4/ 182). Diantara hikmah dianjurkannya menikah di bulan Syawal adalah menyelisihi keyakinan dan kebiasaan masyarakat jahiliyah. Imam An Nawawi mengatakan, “Tujuan Aisyah menceritakan hal ini adalah dalam rangka membantah anggapan jahiliyah dan keyakinan tahayul orang awam di zamannya. Mereka membenci acara pernikahan di bulan syawal, karena diyakini membawa sial. Ini adalah keyakinan yang salah, tidak memilliki landasan, dan termasuk kebiasaan jahiliyah, dimana mereka beranggapan sial dengan bulan syawal.
3. Silaturahmi di bulan Syawal
Bersilaturahmi di bulan syawal sangat lazim dan memiliki banyak keistimewaan. Bersilaturahmi biasanya dilakukan saat mudik ke kampung halaman dan saling bermaafan dengan keluarga, tetangga, dan teman-teman.
Bulan Syawal merupakan bulan yang penuh berkah dan ampunan dari Allah SWT dengan silaturahmi dan bermaaf-maafan yang dilaksanakan oleh seluruh umat islam. Menyambung silaturahmi dengan orang yang telah memutuskan tali silaturahmi merupakan akhlak terpuji yang dicintai oleh Allah. Sebagaimana sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ali bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Maukah kalian saya tunjukkan perilaku akhlak termulia di dunia dan di akhirat? Maafkan orang yang pernah menganiayaimu, sambung silaturahmi orang yang memutuskanmu dan berikan sesuatu kepada orang yang telah melarang pemberian untukmu.”
4. I’tikaf di bulan syawal
Salah satu amalan mulia yang dapat dikerjakan saat bulan syawal adalah melakukan i’tikaf atau berdiam diri di masjid. Saat melakukan itikaf, tidak hanya berdiam diri saja namun ada beberapa amalan atau ibadah yang bisa dilakukan seperti sholat sunnah, berzikir, dan membaca Alquran.
Biasanya ibadah I’tikaf dilakukan pada seminggu terakhir Bulan Ramadan. Namun, apabila pada bulan Ramadan tidak sempat melaksanakannya, anda dapt melaukannya di ulan Syawal . Pelaksanaan I’tikaf banyak yang dilakukan saat malam hari saja, ada juga yang benar-benar melaksanakan seharian penuh tanpa keluar masjid, kecuali untuk makan
Dari Aisyah, beliau menceritakan i’tikafnya Nabi SAW, kemudian di pagi harinya, Nabi SAW melihat ada banyak kemah para istrinya. Beliau bertanya: Apa-apaan ini? Setelah diberi tahu, beliau bersabda kepada para istrinya: “Apakah kalian menganggap ini baik?” kemudian beliau tidak i’tikaf di bulan itu, dan beliau i’tikaf pada sepuluh hari di bulan Syawal.” (HR. Al Bukhari & Muslim)
Abu Thayib abadi mengatakan,”I’tikaf beliau di bulan Syawal sebagai ganti (qadla) untuk i’tikaf bulan Ramadlan yang beliau tinggalkan…”(Aunul Ma’bud-syarah Abu Daud, 7/99)
5. Salat malam dan ibadah sunah lainnya
Melakukan salat malam sesudah salat wajib membawa kebaikan bagi diri sendiri. Untuk itu, ada baiknya jika seluruh amalan sunah yang biasa dilakukan selama bulan Ramadan, jangan sampai terputus saat bulan Syawal.
6. Bersedekah di bulan Syawal
Bersedekah pada bulan syawal juga dapat dijadikan amalan dalam mengisi bulan syawal. Selain mendapatkan pahala yang berlimpah, sedekah juga ternyata memiliki manfaat lain untuk diri kita. Sedekah mampu meningkatkan rasa empati seseorang, menghindarkan dari sifat kikir, melancarkan rezeki, melatih pikiran positif, dan meningkatkan rasa syukur.
Ketahuilah bahwa kedermawanan adalah salah satu sifat Allah SWT, sebagaimana hadits:
“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu Maha Memberi, Ia mencintai kedermawanan serta akhlak yang mulia, Ia membenci akhlak yang buruk.” (HR. Al Baihaqi)
Hadist tersebut menyimpulkan bahwa pelit dan bakhil adalah akhlak yang buruk dan bukanlah akh Begitu juga, sifat suka meminta-minta, bukanlah ciri seorang mukmin. Bahkan sebaliknya seorang mukmin itu banyak memberi.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,
“Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah. Tangan di atas adalah orang yang memberi dan tangan yang dibawah adalah orang yang meminta.” (HR. Bukhari no.1429, Muslim no.1033)
Rasulullah SAW bersabda:
“Dunia itu untuk 4 jenis hamba: Yang pertama, hamba yang diberikan rezeki oleh Allah serta kepahaman terhadap ilmu agama. Ia bertaqwa kepada Allah dalam menggunakan hartanya dan ia gunakan untuk menyambung silaturahim. Dan ia menyadari terdapat hak Allah pada hartanya. Maka inilah kedudukan hamba yang paling baik.” (HR. Tirmidzi).
Maka demikian hadist tentang perintah dari Allah dan Rasulullah SAW untuk bersedekah kepada hambaNya, terutama di bulan Syawal.
keutamaan dan amalan sunah di bulan Syawal, dalam artikel berikut ini.
banyak keutamaan yang terkandung pada bulan Syawal.
Di antara keutamaan di bulan Syawal, yakni bulan kemenangan, bulan takbir, bulan menguji ketakwaan, bulan nikah, dan bulan silaturahmi.
Pada bulan Syawal, umat Islam disunahkan berpuasa selama enam hari.
Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis, "Siapa saja yang puasa Ramadan, kemudian dia melanjutkan dengan enam hari pada bulan Syawal, maka jadilah puasanya seperti satu tahun”.
Keutamaan lainnya dari bulan Syawal adalah bulan penuh keceriaan.
Di bulan Syawal, seluruh umat Islam harus merasa bahagia.
Sehingga, bagi masyarakat yang tergolong miskin mendapatkan zakat fitrah dari para Muzakki.
Dikutip dari laman babel.kemenag.go.id , bulan Syawal dapat dijadikan sebagai bulan peningkatan amal ibadah.
Sebab, di bulan suci Ramadan, umat Islam menjalankan ibadah puasa dan melakukan ibadah sunnah seperti Tadarus Al-Qur'an, salat sunah, zikir, Iktikaf, dan bersedekah.
Maka pada bulan syawal, semangat untuk melakukan amal ibadah tersebut hendaknya dapat dipertahankan, bahkan lebih ditingkatkan.
Puasa Syawal dikerjakan sebanyak enam hari dan hukumnya sunah.
Ketentuan puasa Syawal dimulai dari tanggal 2 Syawal..
Puasa ini boleh dilakukan secara berurutan atau berseling, yang penting masih di bulan Syawal.
Berikut bacaan Niat puasa Syawal yang dianjurkan untuk dilafalkan:
Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatis Syawwâli lillâhi ta‘âlâ.
Artinya:
“Aku berniat puasa sunah Syawal esok hari karena Allah SWT.”
Apakah Puasa Syawal Harus Berturut-turut, Berikut Penjelasannya :
Setelah usai melakukan puasa Ramadhan, masih ada rangkaian puasa yang dilakukan pada bulan Syawal selama 6 hari yang disebut puasa Syawal dan boleh ditunaikan sejak 2 Syawal.
Puasa Syawal menjadi pelengkap pahala dan penambal kekurangan dari puasa Ramadhan ataupun waktu bagi seorang muslim membayar hutang puasa wajib yang terpaksa ditinggalkannya karena sebab-sebab yang membolehkannya.
Walaupun termasuk puasa sunah, namun ada pahala luar biasa yang diberikan Allah SWT kepada orang yang melaksanakan puasa Syawal yaitu balasan pahala seperti pahala puasa setahun penuh.
Dari sahabat Abu Ayyub Al Anshori, Rasulullah SAW bersabda yang artinya "Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka baginya (pahala) puasa selama setahun penuh." (HR Ahmad dan Muslim).
Lalu apakah puasa Syawal harus berturut-turut dalam hal waktu pelaksanaannya? Hadis yang diriwayatkan sahabat Abu Ayyub Al Anshori tersebut menjadi jawaban apakah puasa Syawal harus dilakukan berturut-turut selama 6 hari di bulan Syawal.
Karena dalam hadis tersebut tidak ada keterangan bahwa puasa Syawal harus dilakukan secara berturut-turut berarti puasa sunah ini juga boleh dikerjakan tidak berurutan.
Imam Ibnu Qudamah RA menerangkan dalam kitabnya yang bernama Al Mughni bahwa "tidak ada bedanya antara melakukan puasa Syawal secara berurutan maupun terpisah-pisah, di awal bulan Syawal atau di akhir bulan".
"Karena redaksi hadis berkaitan hal ini sifatnya mutlak tanpa ada pembatasan (tidak ada keterangan puasa Syawal harus dilakukan berturut-turut)".
Pada sebuah riwayat dari Imam Baihaqi menceritakan Rasulullah SAW bertamu dengan sahabatnya yang sedang berpuasa sang sahabat mengatakan "saya sedang berpuasa".
Kemudian Rasulullah SAW menegurnya dengan mengatakan "saudaramu sesama muslim bersusah payah (menyiapkan makanan)untukmu dan kamu mengatakan sedang berpuasa? Berbukalah dan gantilah pada hari yang lain”.
Berdasarkan hadis tersebut maka diperbolehkan menjeda waktu puasa sunah seperti puasa Syawal karena ada sesuatu alasan dan sebab dan melanjutkannya di waktu lain dalam bulan Syawal.
Menyambung puasa Ramadhan dengan puasa 6 hari di bulan Syawal memiliki keutamaan pahala puasa setahun penuh karena bila dijumlahkan akan berjumlah 36 hari puasa, sementara amal sholih pahalanya dikalikan 10 kali lipat sehingga ketemulah jumlah pahala puasa selama 360 hari (jumlah hari dalam satu tahun).
Jadi, tidak mengapa mengerjakan puasa Syawal tidak berturut-turut maupun berurutan waktu pelaksanaannya karena ada dalil yang memperbolehkan memberi jeda antara puasa sunah di bulan Syawal tanpa mengurangi pahala dan nilai puasa tersebut.
Wallahu 'alam bishowab.
Barakallah Fikum
SEMOGA BERMANFAAT
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan Anda🙏🏼