CARA MENGHADAPI ANAK YANG DI BULLY
Oleh : Irma Nur Ariyanti
Maaf sebelumnya, kebanyakan yang saya tulis ini adalah pengalaman pribadi saya dalam mendidik anak-anak. Semoga bisa bermanfaat.
Waktu anak saya yang kedua masih sekolah SD, ketika pulang sekolah sering ngambek, merengut, tidak semangat. Saya suka bertanya, kenapa wajahnya seperti itu.
"Atuh da mah, coba sama Mamah marahin temen-temen teh. Masa bilang Monita katanya kayak bebek, item lagi. Bilangnya teh, hey jangan nemenin si Monita, item dia mah. Jadi, temen-temen teh semuanya ketawa, pada ikut ngolokin," dan pecahlah tangisnya.
"Hahahaha...," saya tertawa mendengar cerita dan sikapnya yang demikian.
"Mamah mah malah ketawa anaknya diolokin teh," sambil menangis.
"Hehehe... maafin mamah, bukan ketawa denger Monita di olokin, tapi mamah merasa lucu, Monita diolokinnya tadi waktu di sekolah, kok nangisnya dan kesel ke mamah setelah sampe rumah. Aneh kan?" akhirnya saya raih dan saya peluk.
"Sini nak," sambil saya peluk.
"Ga perlu sedih sayang, hanya karena suka dikatain jelek, item kayak bebek. Tau ga, mereka menghina Monita, itu sama aja dia telah menghina yang menciptakan Monita. Siapa yang menciptakan Monita teh? Allah yang menciptakan. Na'udzubillahi min dzalik, mereka udah berdosa berkali lipat. Yang pertama, dosa menghina Monita sebagai sesama manusia, kedua, dosa kepada Allah yang telah menciptakan Monita, ketiga, dia dosa pada dirinya sendiri, karena dia sebenarnya udah menghina dirinya sendiri juga," saya berusaha menenangkan.
"Ya kan jadinya teh temen-temen jadi pada ngejauhin Monita. Cuma sedikit yang mau maen sama Monitanya," masih terisak dalam pelukan.
"Denger," saya pegang wajahnya dan menghadapkan ke wajah saya.
"Lebih baik punya temen sedikit, tapi mereka setia dan berkualitas. Daripada temen banyak tapi suka menghina orang, untuk apa? Nanti bisa kebawa-bawa juga. Ga apa-apa, yang nemenin Monita cuma sedikit, tapi mereka bener-bener sayang dan mengerti Monita. Balas hinaan mereka itu dengan prestasi, karena mamah yakin, Monita bisa berprestasi. Monita punya kelebihan yang mereka tidak miliki. Jadi, mulai sekarang, tidak ada lagi air mata ketika diledekin temen. Balas dengan senyuman dan prestasi. Jawab aja, emang iya Monita mah item, kamu baru tau ya? Alhamdulillah item juga, dikasih warna oleh Allah. Allah yang menciptakan, aku mah bersyukur. Orang yang kulitnya item mah lebih tahan terhadap paparan sinar matahari, mengandung pigmen yang tinggi. Gituin aja. Ok?" saya menasehati dan memberi arahan.
Akhirnya, dia mengangguk tanda mengerti.
"Hapus air matanya, dan senyum. Mamah pengen liat Monita senyum,"
Dia pun menghapus air mata dan berusaha senyum walaupun terpaksa, hehehe.
"Faham kan apa yang mamah nasehatkan? Faham ga?" tanya saya.
"Iya faham," jawabnya.
"Gitu dong, anak mamah mah harus bisa enjoy menghadapi orang-orang yang kayak gitu teh. Biarin aja, nanti juga mereka capek sendiri. Apalagi, kalo mereka ngeliat Monita berprestasi, dia malu," sambil saya dekap lagi.
Beberapa hari kemudiannya, saya tanyakan kembali apakah temannya masih ada yang suka mengolok-olok, dia jawab masih ada. Tapi dicuekin, dan mempraktekkan nasehat dari saya, temannya ada yang langsung diam dan ada juga masih suka menghina.
Tahun berganti, saya mendengar kabar lagi. Kalau anak saya sering dikatakan sombong karena tidak mau memberi jawaban soal-soal ulangan pada temannya. Karena temannya tahu, kalau anak saya bisa menjawab dengan benar dan nilainya bagus.
Kembali saya beri dukungan, bahwa biarlah dianggap sombong oleh orang-orang seperti itu. Mereka sudah menghina, lalu sekarang keinginannya tidak dipenuhi, bilangnya sombong pulak. Artinya, teman-temannya itu memang mau enaknya sendiri. Dan, alhamdulillah anak saya bisa menghadapi semua itu, tanpa ada tangisan lagi.
Namun,
Berbeda dengan adiknya. Karena mungkin Syahra sering mendengar kakaknya saya nasehati perihal cara menghadapi teman, jadi dia sudah punya trik sendiri. Seperti yang dia ceritakan tadi malam.
"Mamah... mamah, kan ya kemaren teh X ngehina Syahra, katanya teh, ah, kamu mah anak sawah, item, jelek. Jangan di temenin hey si Syahra mah, kata X sama yang laen. Terus sama Syahra di jawab aja, terima kasih ya karena kamu sudah menghina aku, berarti dosa aku berkurang. Kata Syahra sambil gini (mempraktekkan tangannya digerakkan), eh si X teh malah marah sendiri. Jadi bilang, dasar kamu mah gila. Diolokin malah bilang makasih, hihihi... aneh ya mah?" berkisah dengan ceria.
"Hehehe... nah, memang begitu orang yang suka ngebully mah. Ketika kita tidak memperdulikan atau kita cuek, bahkan apalagi sampe ngucapin makasih kayak Syahra, justru dia jadi kesel sendiri. Pinter anak mamah teh," sambil saya peluk.
Itu hanya sebagian cerita bullian teman-temannya Monita dan Syahra. Belum lagi, mereka pernah dibully karena beli sepatu roda, pernah dibully karena potongan rambutnya dianggap kayak orang gila. Saya selalu bilang, bahwa orang yang mengolok-olok apapun yang ada pada dirimu atau apapun yang kamu miliki, itu sebenarnya dia sirik ingin memilikinya juga dan ingin seperti kalian. Dan terbukti, mereka yang mengolok-olok itu memang mengikuti gaya rambut ataupun membeli barang yang anak saya punya.
Sebagai orang tua, kita tentunya tidak dipungkiri, jika ada rasa sedih mendengar anak kita diolok temannya, apalagi sampai dihina dan dijauhi oleh temannya yang lain. Akan tetapi, sebagai orang tua, tugas kita adalah berusaha semaksimal mungkin, untuk bisa menguatkan mereka. Memberi dukungan agar mereka bisa menghadapi semua itu dengan tenang. Karena, sebagai orang tua, kita tidak selama 24 jam bersama mereka. Apalagi yang sekolahnya jauh, terpisah dengan orang tua. Hal-hal semacam itu, perlu ditanamkan. Supaya, anak cerdas menghadapi bullian, kitapun tenang.
Sekian sharing saya, mohon maaf pada semua orang tua jika ada yang kurang berkenan. Mungkin, ada yang mempunyai pendapat lain, tidak mengapa. Dan, beginilah cara saya mendidik anak-anak khususnya dalam menghadapi sebuah bullying. Semoga bermanfaat. Terima kasih banyak atas perhatiannya.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan Anda🙏🏼